11 November 2014

(Ke)hidup(an)

Kadang ketika kita sendiri (menyendiri), saat itulah kita mampir ke hidup 
yang sesungguhnya selama ini kita abaikan rasa nikmatnya. 

Ketika sendiri(an) mata menyela-nyela deretan snack di kantin sambil bingung memilihnya, yang sesuai dengan bayangan selera, rupa, kondisi lambung dan suasana kantong (hekk.. ah ya..). Ketika sendirian menempati salah satu tempat duduk diantara empat tempat duduk yang kosong di bawah payung gazebo sambil menikmati makanan, lirik kiri (ke pepohonan keren juga ke bentangan rumput hijau) kanan (pohon-pohon berbunga kecil-kecil). Alhamdulillah. Inilah hidup. Indah.

Ketika mulut bungkam, kuping anti keributan, benar-benar menyendiri di tengah banyak orang. Membiarkan deretan kalimat-kalimat bermunculan di kepala. Imajinasi, ilusi, entah juga kalau halusinasi (hiiihh lah..), yang terpenting adalah kenyamanan, otak, hati mungkin juga jiwa. Berkali-kali yang tergumam dalam diam adalah syukur, alhamdulillah.

Menyendiri adalah ajang (hiyaahh) mencari pikiran diri sendiri. Mencari dimana ide-ide yang selama ini tertidur pulas dikalahkan oleh mulut yang sibuk bercakap, juga mata yang sibuk nontooonnn tipiii (tv). Menyendiri juga tempatnya kita berkunjung pada senyum-senyum kecil dan bahagia yang kita ciptakan sendiri (karena syukur), yang mungkin ketika kita sibuk berinteraksi (dengan siapapun dan apapun) jarang kita rasakan senyum yang senikmat ini. Terima kasih. Terima kasih kepada Allah SWT atas anugerah nafas hari ini.


Menyendiri dalam keindahan
Menyendiri dalam senyum
adalah
Ketika menyendiri menjadi tempat berintrospeksi, bernegosiasi dan bersyukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar