25 Agustus 2013

"Jahannam"ku


Kadang ku pandangi mu tanpa kedip lelah
Tapi kedua mataku menyeringai perih
Tentang yang aku pun masih ragukannya

Yang ada hanya lancang otakku berujar
“jahannam”..
Benakku yang berhamburan keusangan pikir
Mencela diri yang tak bernurani ini

Ku ulangi lagi.. lagi..
Lekatkan pandangku pada gambar matamu yang tak pernah mengelak itu
Lagi.. Aku hanya terpasung pada kekalahan..lagi..
Aku akan selalu kalah, karena aku memang kalah

Semakin  menatap raut wajahmu
Kau semakin jelas mengenalkan diri ini pada hatiku
“jahannam” 
Ya..
Tak lebih baik dari itu

“Jahannam” yang ku halalkan
Menopang keegoisan diri yang tak terajar
Menindas kelemahan yang adalah kesucian
Kau.. kau kesucian itu

Tapi..
Ada bagian yang bersorak girang
Seolah itu hakku
Melambungkan angan sesuka otakku
Seolah kau tak ada

Tapi..
Ada bagian dari diri ini yang luka, terkurung
Seolah itu bui hidupku
Menyeret dalam rasa bersalahku
Seolah kau malaikat tanpa cela

Kadang, matamu seperti menasehati setiap keinginan yang sering ku tangguhkan ini
Dengan kelembutan pandang yang ku sebut kesucianmu
Dan aku hanya bisa terisak dalam hati

Kadang, tatapanmu menerobos jauh ke tulang-tulangku
Mencaci maki “jahannam”ku
Dan aku tak pernah punya pembelaan atas itu
Meski atas nama “sayang” sekalipun

Bukan makian mereka yang ku hindari  
Tapi kau..
Kau adalah separuh ketakutanku itu
Karena kau yang pasti sangat mengerti  dan pantas
Menghadiahkan “jahannam” untukku

“Jahannam” yang tak akan pernah bisa berucap maaf
“Jahannam” yang mungkin tak akan termaafkan oleh mu
“Jahannam” yang menyebut dirinya sebagai “cinta” atau entahlah..



                                                                                                Kasyani
                                                                        Yogyakarta, 22 Agustus 2013