09 April 2012

Tua dan Sepi


    Semua manusia yang ada di dunia ini tentunya akan menjadi tua nantinya. Tak ada pengecualian meski untuk seorang gadis berparas elok dengan pribadi yang menawan. Tidak ada pengecualian untuk siapapun.

   Mungkin dibelahan bumi lain hari ini ada seorang bayi perempuan yang sedang menangis sebagai pertanda pertama kali ia melihat dunia yang fana ini. Bayi yang lucu, cantik, berkulit halus dan bersih, juga dengan wangi yang khas seorang bayi mungil. Semua orang tersenyum melihatnya, mereka sibuk dengan berbagai gaya untuk menarik perhatian dan sedikit mencuri senyum mungil si kecil yang elok. Kebahagiaan yang tak dapat di coretkan oleh lukisan seindah apapun oleh sang ibu, dan ia dengan tegas mengokohkan dalam hidupnya "aku akan membuatmu bahagia" bukan hanya sebatas senyum kecilmu hari ini. Begitu istimewanya si kecil hingga menyedot semua perhatian dan kasih sayang ibu pada nya. Ia sangat di cintai meski dalam keadaan apapun, karena ia buah hatinya yang paling berharga di dunia ini. Seolah tangispun tak rela dibiarkan berlama-lama ada padanya.

      Seberapa besar ibu menyayangimu, seberapa besar ayah menyayangimu? Semua yang mereka lakukan hanya untuk membuatmu bahagia. Hingga setiap detik kehidupanmu menjadi prioritas utama bagi mereka. Menjadi orang tua yang bijak untuk anaknya, menjadi orang tua yang penuh kasih sayang untuk anaknya.
     
     Tapi sekarang seorang ibu itu telah menjadi nenek. Hari ini, kemarin, dan dua hari yang lalu aku melihatnya sama, dia sedang termenung "sendiri". Ini adalah sebuah tempat kost yang huniannya rata-rata adalah mahasiswa pascasarjana kesehatan di Yogyakarta. Sebagian besar sudah berkeluarga dan kurasa cuma aku dan seorang kakak cantik berjarak tiga kamar dari hunianku yang masih single. Jarang sekali kami bisa bertemu meski dalam satu pagar kost. Hal ini karena masing-masing kami punya jadwal yang beda dan tentunya karena dari jurusan dan angkatan yang berbeda. Hanya sesekali kami bisa saling mengobrol di salah satu kamar kami. Itupun tidak dalam waktu yang lama. Sekali waktu mungkin bepergian bersama saat weekend, itupun hanya berdua saja, tidak beramai-ramai bersama. Nah..di tempat seperti ini, nenek itu sudah beberapa hari ini menempati salah satu kamar di sini.
       Menurut taksiran sementara [ :-) ], nenek ini ikut anaknya ke Yogya ini dan barangkali anaknya sedang ada kepentingan tertentu di kota ini. Tapi nenek ini seringkali sendirian di sini. Ketika pagi hari aku berangkat kuliah, nenek ini sendirian duduk di kursi depan teras kamarnya atau di hari lain kutemui beliau sekedar menjemur handuk. Aku hanya tersenyum padanya, begitupun dia, keikhlasan senyumnya sangat terasa mengawali pagiku.
        Besoknya, besoknya lagi, dan besoknya lagi... Aku mulai terhenyak dengan keadaannya jika siang atau sore hari aku pulang kuliah. Seperti biasa aku hanya menyapanya dengan sebutan " buk " (bukan "nek", biar aura mudanya muncul. Hehe atau aku yang ngerasa udah jadi tua ya. hihi ) sambil senyum sahabatku ku berikan. Beberapa hari ini aku seringkali diam-diam melihatnya lagi dari kejauhan dibalik jendela ini, dan mataku hanya kembali dan kembali lagi melihat hal yang sama seperti sebelumnya "seorang nenek yang duduk sendirian di kursi depan teras kamar kost sambil termenung". Bukan sesuatu hal yang membahagiakan untuk dilihat. Aku selalu ingat betul bagaimana aura wajahnya yang sepi itu. 
      Kesedihan itu muncul tiba-tiba, rasa sakit dan aku tidak tahu persis bagaimana aku bisa mengatakan perasaan ini. Setiap kali aku melihatnya dari balik jendela atau sengaja keluar ke teras kamar kostku untuk sekedar melihatnya sebentar. Inikah gambaran hari tua itu?? Samakah yang akan terjadi pada orang tuaku atau aku kelak. Bisakah dibayangkan saat sekarang ini rasanya tidak akan sanggup jika harus off kontak sosial, atau membayangkan tiba-tiba terdampar di derah tanpa manusia satu pun. Oh Tuhan yang Maha Kuasa,... Ternyata aku yakin sekali nenek itu sangat kesepian, beliau pasti sedih tapi harus bagaimana lagi.

      Sekali waktu sepulang dari kuliah ada ibu penjaga kost ini yang kebetulan mengangkat jemuran dan beliau berbincang dalam bahasa jawa halussss banget yang aku sendiri bingung mereka membicarakan soal apa. Tapi bukan itu, hari itu nenek berjalan mengikuti aku yang baru saja pulang, aku hanya tersenyum dan mempersilahkan main ke kamar kost ku, beliau masih di depan teras kamar kost sambil sesekali berbincang dengan ibu penjaga kost yang kebetulan jemurannya menggunung hari itu. Aku masuk ke kamar lalu membuka jendela dan pintu mungil ini agar tetap terbuka sambil membiarkan udara segar mencuci ruangan yang pengap ini karena seharian tertutup rapat. Tapi selain itu aku cuma pengen nenek itu sekedar main ke tempatku. Aku segera keluar menuju teras dan menghampiri nenek itu, mempersilahkan masuk yaahh kupikir untuk sekedar menemaninya agar jangan kesepian. Tapi ternyata ini sepertinya gak mungkin berhasil... Aku mempersilahkan masuk tapi nenek itu tersenyum dan bicara yang aku bener-bener gak tahu apa artinya. Dan usaha lagi nih ceritanya, "maaf nek (kali ini udah nek, gak buk lagi seperti biasanya aku menyapanya sekilas ketika berangkat atau pulang kuliah karena ku pikir terlalu tua untuk sebutan ibu. hihi), saya ndak bisa bahasa jawa halus", dengan senyum dan harapan kalau si nenek bakalan berbahasa indonesia atau setidaknya bahasa jawa kasar (aku kan gini-gini wong jowo juga, cuma jawanya kelelep lautan kayaknya. hoho). Tapi ternyata tidak juga berhasil, nenek itu tetap saja bicara bahasa jawa halus amat, huh hah.. Dan aku mulai bingung dan kayak orang oon tulen.Huaa... Repot ini kalau begini caranya. Aku cuma tersenyum bingung setiap beliau bicara. Beliau juga tidak menunjukkan tanda-tanda mau masuk ketempatku. Dan lama-kelamaan beliau perlahan berjalan pergi menjuju kamarnya.

     Dan seperti perkiraanku semula ternyata memang tidak berhasil. Ow.. God... Ini nih jadinya, dulu sewaktu aku SD, aku sering di ajari Ibu ku berbahasa jawa halus karena ditempat ku tumbuh menjadi anak-anak memang tidak ada satupun orang-orang yang berbahasa jawa (abisnya di Sumatera si ya?? ho), jadi ibu ku mengajariku sedikit-sedikit, tapi aku hanya tertawa dan terus tertawa setiap beliau mengajariku, sampai aku selalu berkata "sudah, besok saja kalau sudah besar". Gini nih hasilnya.. Gak ngerti apa-apa, soalnya sampai ketika beranjak remaja aku malah punya jawaban yang lebih keren lagi untuk mengelak. Huhu..

Setelah hari kemarin itu terjadi aku kembali hanya tersenyum dan menyapa sedikit " nek"...

        Aku sangat menyesalkan bahwa ternyata aku tidak mampu sedikit saja berbagi hidup ini bersama nenek itu bahkan untuk sekedar berbagi waktu untuk menghalau kesepian nenek itu saja. Masih saja seperti biasanya aku kembali melihat nenek itu termenung dan termenung duduk dikursi depan teras kamarnya itu. Hari-hari yang membosankan pastinya, dan terasa menyakitkan bagi mata yang melihatnya. Yah mudah-mudahan saja urusan anaknya segera selesai dan beliau bisa berkumpul lagi di keluarganya yang lain dimana ada orang-orang lain yang bisa mendengarkan ceritanya. Dan mudah-mudahan saja disana juga memang benar-benar ada orang lain yang bisa  mendengarkan hari-harinya meski hari tua.

     Aku berulang kali menghayalkan masa depan ini sendiri, berbondong-bondong keinginan pun bermunculan di otakku. Aku tidak akan meninggalkan jauh ibuku, orang tua ku, jika kelak beliau tua menjadi nenek/kakek. Aku ingin mempelajari cara memahami beliau ketika menjadi nenek/kakek nanti, agar beliau tidak kesepian. Aku ingin sekali selalu meluangkan waktu ku kelak untuk menjadi tempat curahan hati mereka, curahan kepenatan hari-hari mereka, seperti ketika aku kecil dulu yang semuanya ku gantungkan pada mereka. Aku hanya berharap dianugerahkan hati yang besar, lapang dan cinta yang tak pernah luntur untuk mereka. Dan aku berharap Allah akan memberiku otak, hati dan jiwa yang mampu mengerti bagaimana mencintai dan mengasihi mereka.

Sepi itu tidak akan ku biarkan menyelimuti hari-hari ibu dan ayahku kelak ketika menjadi tua.. Menjadi nenek dan kakek. Bukanlah suatu kehebatan, kesuksesan ketika kita menjadi mapan, kaya, berpangkat, bergelar memanjang di deretan nama kita, atau menjadi orang penting di negeri ini tapi sementara sahabat ibu dan ayah kita hanyalah "sepi" di hari tua nya dan bukan kita..



             




Tidak ada komentar:

Posting Komentar